Senin, 11 Januari 2010

Titik Jenuh

4

Tidak jarang dalam beberapa fase hidup kita melawati suatu titik jenuh. Kejenuhan yang timbul karena kebosanan pada rutinitas. Kejenuhan kronis yang berpuncak sampai stadium muak. Muak pada hidup dan diri. Banyak tindakan yang muncul mengekspresikan kejenuhan ini seperti mencari sesuatu yang baru atau bunuh diri.
Memang pilihan setiap orang berbeda tergantung pada pandangan hidup seseorang itu. Apakah dia pesimistis atau optimisme batu. Saya sebut optimisme batu karena butuh keyakinan lebih untuk hidup dalam zaman sekarang. Hidup yang berat dihimpit karena lapangan kerja yang terbatas dan pangangguran yang terus meningkat. Tidak heran jika kita lihat berita kriminalitas dalam berbagai inovasinya tak kehabisan berita. Serta berbanding lurus dengan semakin larisnya buku motivasi hidup baik yang sekuler maupun yang berlandaskan dalil-dalil agama.
Apakah sekarang sudah tidak ada harapan? Saya tidak menegaskan bahwa kita sudah tidak dapat berharap, hanya mencoba melihat persoalan secara realistis. Realistis untuk tidak lagi cuek pada persoalan-persoalan yang menimpa bangsa ini. Saya tidak berpretensi menjadi seorang aktivis, tapi saya bisa terkena imbasnya jika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tidak memihak rakyat. Saya tidak suka berdemo di jalan atau menjadi anggota LSM untuk mengawasi pemerintah, saya hanya penonton di pinggir yang mencoba memahami lalu lintas pemerintahan negeri ini. Negeri dimana saya hidup dan mencari nafkah.
Jika saya sekarang pesimis pada kehidupan saya dan jenuh pada rutinitas karena tidak mendapatkan apa-apa, kepada siapakah saya mengeluh? Kepada Tuhan? Memang hanya Kepada Tuhan kita patut mengeluh, tapi saya tidak akan mengeluh, karena saya sudah bersyukur bisa hidup. Apakah saya harus menuntut lagi, saya hanya bisa mengeluh. Hanya saja saya percaya bahwa hal ini tidak menimpa saya saja. Apakah kondisi yang sama ini memunculkan kesadaran bersama untuk melakukan sesuatu atau mencari aman sendiri? Bahwa saya masih mempunyai keluarga yang menerima saya dalam kondisi apapun serta teman tempat saya mengkaji hidup dan belajar menyikapi kenyataan.
Akankah pertemanan kita semakin meluas untuk bersama memahami dan mencari solusi untuk keluar dari pesimisme dan titik jenuh ini? Kita hitung dulu berapa uang kita yang ada di saku maupun tabungan dan bandingkan dengan pengeluaran yang harus kita bayar, barangkali dari situ dulu kita merenungkannya….

4 komentar:

  1. aku suka optimis batunya,.,.,.,.!!!
    Mantab Gan,.,.,

    BalasHapus
  2. kenapa ada drita bila bahagia tercipta knapa ada sang hitam bila putih menyengkan....
    bagiku itulah khdpan, yg memang sudah disusun oleh penciptnya sebagai hal yg kompleks, seimbang dan saling membutuhkan...
    kesuksesan itu indah bila kita pernah merasakan kegagalan, keindahan itu menyenangkan bila kita pernah merasakan keburukan.
    begitu jga soal kejenuhan mungkin itu ada agar kita merasakan begitu niknatnya yg namanya kebahagiaan..dan hal itu tergantung dari setiap orang yang menjalaninya, yang jelas optimismisme dan pandangan yang positive adlah satu-satunya kunci.

    BalasHapus
  3. mantaaappppppppppppp..........

    jadi optimis mode on (untuk saat ini).
    besok2 ga tay lagi.....ckckckck....huuuuufhh....

    BalasHapus
  4. Sering2 Berkumpul Dengan Para Pemimpi Seperti Qt ne Pasti mb.Sassygirl bakal selalu terpengaruhi Oleh Semangat QT2.,.,., Mari Bangkit Bersama dan Saling DUKUNG,.,.,.

    Dream Maker Community But DOn't Forget to Make "IT" Become REALITY,.,.,.,.

    BalasHapus