Senin, 15 Maret 2010

Gamble your life [Unspoken Words Part II]

8
    Ada nada getir di suaranya, berat dan lambat kalimat yang melintas di telingaku. Apakah dia mengalami perasaan kehilangan? Jika anda pernah kehilangan sesuatu tentu anda akan mengalami kekecewaan. Tentu saja kejadian di atas tidak bisa disamakan dengan kehilangan benda seperti handphone misal, walaupun bisa sama-sama menagis dan kecewa.. Tapi kehilangan yang membuat hati ini berlubang, tak utuh, sendiri. Keterbatasan nalar ini diisi oleh hati akan hal-hal diluar diluar radar nalar, termasuk bertindak bodoh. Apakah anda cukup mengerti tentang apa yang terjadi. Jika anda merasa sakit dan pergi ke dokter lalu setelah ada diagnosis anda mengerti apa yang membuat anda sakit dan bagaimana pengobatannya, tapi beda jika menghadapi seseorang yang tiba-tiba menangis karena patah hati, misal. Sampai sejauh mana kita mengerti, mungkin kita akhirnya melihat diri kita bagaimana dulu atau baru saja mengalami patah hati. Kita bisa jadi empati maupun antipati, tergantung bagaimana peristiwa itu mepengaruhi kita. Bisa jadi kita menyesalkan tindakan bodoh yang kita lakukan dulu. Bagaimana membayangkan kehancuran saat itu, tak ada harapan hidup, hidup mulai berantakan, banyak teman mulai meninggalkan kita karena tak tahan lagi. Sampai akhirnya kita tahu bahwa bunuh diri ini sia-sia dan bodoh. Bisa saja karena kita sudah menemukan pengganti. Bekas luka itu mungkin mengecil, menjauh tapi tak hilang-hilang. Butuh waktu untuk merenungi arti ‘memiliki’ dan akhirnya menyadari bahwa banyak yang harus dipelajari bagaimana mengikhaskan sesuatu. Karena apa yang kita yakini milik kita, memiliki potensi yang sama untuk menjadi tidak-kita-miliki. Tak harus menjadi seorang teolog untuk memahami bahwa kita sebenarnya tak memiliki apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar