Sabtu, 24 April 2010

O YA YA

    Jika anda orang Malang pasti tahu monument Tentara dan rakyat di daerah lapangan Rampal. Dicitrakan disana keharmonisan hubungan antara tentara, petani, rohaniawan, dan satunya gak jelas. Saya kurang tahu kapan didirikannya monument itu, mungkin setelah markas TNI AD dan kompleksnya selesai dibangun. Dalam hati saya setiap kali lewat daerah itu rasanya empedu saya pecah.
    Apakah citraan itu benar bahwa ada tentara untuk melindungi rakyat? Atau begini saja kita lihat tentara sebagai profesi saja, karena susah mencari rujukan profesi apa yang diselenggarakan untuk kepentingan rakyat. Jadi profesi itu kita pandang sebagai tempat untuk mencari nafkah, nah berarti bisa bisnis. Bisnis apa? Apapun, bukankah mereka punya hak istimewa dan juga mereka punya senjata api. Kadang atas nama stabilitas, keamanan dapat mengkudeta pemerintah yang sah jika penguasanya tidak sesuai kehendak mereka. Entah itu untuk kepentingan rakyat atau tidak yang jelas senjata yang mereka pakai—termasuk untuk menembak masyarakat di pasuruan (Pasuruan berdarah 30 Mei 2007), atau tragedi yang masih terasa terdengar ditelinga kita tragedi bentrokan antara satpol PP Vs Warga—itu semua memakai uang rakyat. luar biasa seperti kejadian di jalan beberapa waktu lalu, ada seorang pengendara sepeda motor yang tidak sengaja menyerempet sepeda seorang yang memakai seragam doreng—kalo sengaja berarti orang itu sudah gila. Pengendara itu dikejar dihentikan dipinggir jalan setelah itu saya tidak tahu, tapi saya berharap bahwa orang itu tidak panjang urusannya, yang saya dengar ‘kamu datang ke kodim kalo gak trima, aku tunggu disana….’
    Balik lagi ke monument di lapangan rampal itu, kalo dilihat seksama sebenarnya yang dirangkul tentara adalah pengusaha, elite politik, dan mertua tentara. Siapa mereka? Tentu saja yang punya Negara. Bukankah setelah bangsa ini berdiri semua kekayaan alam dikuasai oleh Negara dan dilingdungi oleh tentara dan dioalah pengusaha. Kekayaan alam dikuras menimbulkan efek kerusakan ekologis yang cukup parah. Rakyat cukup menanggung kerusakan ini dan menunggu bantuan datang jika bencana itu tiba.  Untung-untung orang tua yang punya anak wanita kalo didekatin tentara.
    Saya hanya mencoba memahami kenapa empedu saya serasa pecah saat melihat monument itu, mungkin rasanya seperti mendengar janji-janji kampanye. Seperti teman saya yang selalu mengucapkan O ya ya setelah saya mengeluh masalah ini. Mungkin sebenarnya dia ingin ngomong gak usah diributin, ya memang gitu itu
 

3 komentar:

  1. setujuuuu ma o ya ya......ckckckck.,....:p

    BalasHapus
  2. Ngeri lihat ini Semua...hiii...hahaha

    BalasHapus
  3. ngeri kok malah ketwa ketiwi mas,.,.,!!

    BalasHapus