Senin, 24 Mei 2010

SEBUTIR PASIR

Pernahkah kita berpikir seberapa berartikah pasir yang ada di sekeliling kita. Mungkin sebagian besar kita mengatakan pasir tak ubahnya kotoran yang merusak kebersihan dan menganggu kesehatan, kecuali jika anda akan membangun rumah. Sekarang pernakah anda merasa seperti sebutir pasir?
Ya sebutir pasir diantara billionan pasir yang ada di muka bumi ini? Lalu apa hubungannya dengan manusia. Banyak hubungannya, tapi saya mengambil dari analogi dari sebutir pasir untuk menggambarkan kondisi manusia minimal diri saya. Apa arti saya dan anda diantara milyaran manusia yang hidup di muka bumi? Yang suatu saat dapat tersapu dari bumi ini tanpa ada peringatan. Lalu dari apa yang anda capai selama hidup akhirnya kandas dan menghilang tanpa anda dapat mengantisipasinya. Parahnya kita tak dapat menego kapan kita harus mati, kecuali orang frustasi.
Banyak jalan menuju malang tapi jangan lewat porong(1). Banyak cara untuk membuat diri berarti, entah dengan kekayaan, jabatan, kecantikan, kemistikan, atau sikap-sikap idealis. Sudah banyak yang mengatakan, biasanya orang religius bahwa kekayaan dan jabatan hanya sementara sifatnya jika jatuh miskin atau sudah lengser. Sedikit orang yang diingat akan perjuangannya, ini bukan saja pahlawan yang ikut berperang zaman revolusi saja loh. Guru yang mengajar di pelosok negeri ini yang mengabdikan dirinya tanpa dibayar. Seorang nelayan yang menanam hutan bakau di pesisir pantai selama bertahun-tahun dan selama bertahun-tahun juga dianggap kurang kerjaan oleh tetangganya. Seorang rohaniawan yang mengabdikan dirinya pada masyarakat untuk mengentaskan mereka dari kemiskinan dan kebodohan walaupun resikonya dituduh represif oleh Negara. Dan masih banyak lagi, tapi jujur hanya sedikit yang bisa seperti itu.
Saya tidak mengatakan untuk membuat hidup anda berarti anda harus melakukan tindakan heroisme seperti itu. Seperti kata orang jawa setiap manusia sudah punya posisinya sendiri-sendiri. Kalo anda seorang mahasiswa ya jadilah seorang mahasiswa yan baik atau apapun profesi anda bahkan jika anda berkarier sebagi pencuri. Namun terima tidak terima kita adalah bagian dari sesuatu yang besar. Jika kita pelajar atau masih bergantung pada orang tua dan orang tua kita bergantung pada dimana dia bekerja dan seterusnya. Sebagai rakyat sebagai Negara dan warga Dunia, maka kejadian apapun secara tidak langsung mempengaruhi kondisi hidup kita.
Masalahnya banyak yang menganggap bahwa segala sesuatu ukurannya adalah diri, padahal apa yang dapat dilakukan sebutir pasir? Karena kita mahkluk hidup dan punya akal maka kita berbuat sesuatu. Perlu diingat walaupun begitu kadang kita tak memakainya. Seperti ribut-ribut elite politik kita, kita mungkin saja kecewa bahkan cuek. Tapi apapun keputusan mereka mempengaruhi konsidi kita sebagai rakyat. apakah ini berarti kita harus jadi politikus, itu terserah anda. Jika anda cuek pada kondisi bangsa kita jangan protes kalau tiba-tiba harga minyak naik lalu biaya-biaya yang lain ikut naik. Termasuk biaya pendidikan, yang sekarang makin tidak jelas arahnya tapi semakin mahal saja.
Diperlukan pemahaman sekeliling anda hidup, agar anda tidak kagetan jika tiba-tiba kondisi berubah. Kalo tidak percaya sering-sering cek sekeliling anda apa yan mereka keluhkan dan tanyakan kenapa mereka mengeluh atau cek dompet anda dan bandingkan dengan pengeluaran anda, apakah sudah berimbang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar